Siapa yang pernah masuk ke Mesjid Labui tentu melihat sebuah tongkat kuningan yang tersandar pada mimbar. Tongkat tersebut digunakan khatib saat membacakan khutbah sebagai penyangga. Perilaku demikian didasarkan pada pandangan bahwa dalam menjalankan amar ma’ruf nahi munkar kita sepantasnya bertopang pada kekuasaan Allah swt. Hal ini dikemukakan dalam hikayat Juhan Meusapi: “barang peue buet tameung peulaku, ta lakee bantu bak Tuhan Asa, tameu tungkat di lee bak Tuhan, beuroh tuan pakri nyang hawa”. Artinya: apapun yang akan dikerjakan, mintalah bantuan pada Tuhan Yang Esa, sebelumnya bertongkatlah pada Tuhan agar tercapai apa yang diinginkan.
Tongkat Po Teumeureuhom merupakan pemberian Sultan Iskandar Muda saat baginda singgah di Mesjid Labui. Dalam masa pemerintahan baginda banyak mesjid dibangun. Mesjid Labui dibangun tahun 1612 M dan ketika singgah di sana baginda meninggalkan sebuah tongkat kuningan yang berukuran panjang 1,2 meter dan berat lima kilogram serta bentuknya beruas-ruas seperti batang tebu. Pada setiap kali bermara ke medan perang, Sultan Iskandar Muda menempuh jalan darat berkendaraan gajah putih dam singgah pada tempat-tempat tertentu untuk menghimpun kekuatan.
Semula tongkat tersebut dimaksudkan untuk pegangan khatib saat berkhutbah di atas mimbar. Dalam perjalanan waktu, fungsi tongkat itu meluas, yaitu juga menjadi obat penawar untuk menyembuhkan penyakit-penyakit tertentu atau prasarana nazar karena mendapatkan kembali barang yang hilang. Bila sembuh, atau ditemukan kembali barang yang hilang, maka yang bersangkutan minum atau menyiramkan diri dengan air rendaman tongkat tersebut. Air untuk merendam tongkat bersumber dari sumur di halaman depan mesjid. Sumur itu berukuran keliling 2,5 meter dan kedalaman 4 meter.
Lokasi Mesjid Labui lebih kurang 4 km sebelah barat Kota Sigli. Mesjid tua yang dibangun pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda sejak beberapa tahun lalu dilestarikan sebagai cagar budaya.
Kegiatan kemasjidan dialihkan ke mesjid baru di halaman yang sama. Dalam komplek Mesjid Labui juga terdapat sebuah Diniyah Islamic Center. Karena itu, komplek mesjid tersebut ramai dikunjungi orang untuk shalat, melepas nazar, ataupun untuk belajar. Lokasinya berbatasan dengan kawasan persawahan Blang Meuseujid, sehingga suasana nyaman akan terasa saat berada di sana. Sambil menikmati suasana lingkungan yang nyaman, pengalaman spiritual dengan Tongkat Po Teumeureuhom juga terasa mengalir di alam kesadaran, pengunjung Mesjid Labui juga dapat mendengar ceritera-ceritera hikayat, seperti ceritera Cut Intan yang bertukar wujud menjadi hantu laut setelah makan telur ular atau ceritera tentang umong geuntot
sumber : Pemkab Pidie
Posting Komentar