Hikayat Aceh
Adalah karya sastra yang tidak diketahui siapa pengarangnya atau bersifat anonim. Hikayat ini ditulis pada zaman pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1606-1636). Naskah Hikayat Aceh mempunyai banyak varian yang tersimpan di perpustakaan Universitas Leiden dan Perpustakaan Nasional di Jakarta. Naskah ini telah kehilangan halaman-halaman bagian awal. Pada halaman dua dimulai di tengah-tengah kalimat. Hikayat ini menceritakan riwayat asal-usul raja-raja Aceh. Dalam (T. Iskandar, 1995:387-399) dimulai dari Raja Syah Muhammad yang memperoleh putri dari buluh betung. Sultan Munnawar Syah menikahkan Raja Syah Muhammad dengan Puteri Dewi Indera dan mereka mendapat dua anak, yang putra bernama Ibrahim Syah dan Putri Sapiah. Pada suatu hari Raja Muhammad Syah membantun roma pada dagu Putri Buluh Betung ketika ia tertidur dan putri pun meninggal.
Raja Syah Mahmud, saudara Raja Syah Muhammad kawin dengan bidadari dari kayangan setelah mencuri baju layang bidadari tersebut. Mereka mendapat dua anak yang diberi nama Raja Sulaiman Syah dan Putri Arkiah. Raja Syah Mahmud menyumpah saudaranya tersebut karena kawin dengan jin. Kemudian istrinya pulang ke kayangan setelah menjumpai baju layangnya. Sultan Munawar Syah mengawinkan keempat cucunya tersebut. Raja Ibrahim Syah dengan Putri Arkiah dan Raja Sulaiman Syah dengan Putri Sapiah. Dari perkawinan tersebut lahirlah Syah itu dua orang laki-laki, seorang bernama Sultan Muzzafar Syah, seorang Raja Syamsu Syah. Berikutnya diriwayatkan Raja Munawwar Syah seorang raja negeri Lamri mempunyai puteri bidadari berdarah putih yang keinderaan di Saracan dan anak cucu Raja Iskandar Dzulkarnain. Berikut cuplikan teksnya
Kata yang bercerita, adapun Seri Sultan Perkasa Alam Johan Berdaulat itu dari pihak asal nasap baginda raja yang mendapat puteri anak baludari yang berdarah putih yang raja keinderaan itu turun-temurun daripada nasab dan bangsa yang daripada puteri baludari yang berdarah putih yang raja keinderaan daripada nasab dan bangsa Maha Bisnu yang raja diraja keinderaan. Karena bahwa Dasarata Maharaja itu pada suatu zaman mendapat perbundai Seri Rama, bernama Putri Mandudari, pada perdu buluh betung dan bahwa moyang Perkasa Alam bernama Raja Syah Muhammad pada suatu zaman mendapat puteri anak baludari yang berdarah putih yang raja keinderaan pada perdu buluh betung.
Maksud Seri Sultan Perkasa Alam Johan Berdaulat dari teks di atas, adalah Iskandar Muda. Isi dari hikayat ini sebenarnya lebih menitik beratkan kepada asal-usul dan riwayat Sultan Iskandar Muda. Silsilah dari Iskandar Muda dari pihak ibu adalah Sultan Inayat Syah (Darul-Kamal), Sultan Firman Syah Paduka Marhum, Paduka Marhum Sayyid al-Mukammil, Paduka Syah Alam (bunda Iskandar Muda). Adapun dari pihak ayah adalah Raja Muzaffar Syah (saudara seayah dan seibu dengan Raja Munawwar Syah), Raja Syamsu Syah, Sayyid al-Marhum, Paduka Marhum, Marhum Muda, Raja Muzzafar Syah. Sedangkan kakek dari pihak ayah adalah Raja di Makota Alam dan Raja Inayat syah adalah kakek dari pihak ibu Raja di Darul-Kamal. Dalam hikayat ini diceritakan juga mengenai kedua orang tua Iskandar Muda, mulai dari bertunangan sampai mereka menikah. Serta masa kecil ayah Iskandar Muda. Selanjutnya mengenai Iskandar Muda mulai dari kandungan sampai berumur 14 tahun. Sewaktu beliau masih dalam kandungan negeri sangat Aceh makmur. Masuk usia kandungan tujuh bulan, ibunya bermimpi bersanggulkan bulan dan bintang. Usia kandungan sembilan bulan, ibunya bermimpi cahaya sebagai bunga karang yang diperlihatkan. Sewaktu antara tidur dan terjaga terlihat oleh ibunya seperti bulan purnama, cahaya mengelilingi tubuhnya dan semua ruangan istana.
Pada umur tiga tahun ia diberi nama Raja Zainal, Raja Silan, dan Raja Munawwar Syah. Umur empat tahun diberi permainan gajah emas dan kuda emas. Umur lima tahun diberi permainan anak gajah. Umur enam tahun beliau bermain-main dengan banyak gajah dan gajah kesayangan Raksyasya dan Dang Ambar kasturi. Umur tujuh tahun melepaskan kumpulan gajah dan bermain-main berburu gajah. Umur delapan tahun bermain-main perang dengan orang Portugis dengan memakai perahu. Umur sembilan tahun perang darat dengan memakai gajah melawan orang Portugis. Umur sepuluh tahun datang utusan Portugis Dong Dawis dan Dong Tumis. Iskandar muda mengalahkannya dalam menunggang kuda. Umur sebelas tahun Syarif al-Muluk bermimpi datang kerbau pada Iskandar Muda mengucapkan zikir sambil menari-nari. Umur dua belas tahun Iskandar menampakkan kegagahannya dengan membunuh kerbau jalang. Umur tiga belas tahun Iskandar belajar mengaji Qura’an pada Fakih Raja Indera Purba. Ketika berumur empat belas tahun beliau telah termasyhur di sebelah timur ini. Jika diperhatikan isi Hikayat Aceh dapat kita simpulkan sebagai berikut:
1. Hikayat ini, awal karya telah hilang sehingga cerita dimulai ditengah-tengah dengan cerita asal-usul.
2. Keterangan silsilah Iskandar Muda dari pihak ayah dan pihak ibu
3. Penyatuan Kerajaan Aceh Darussalam pada zaman pemerintahan Sultan Muzaffar Syah dan Sultan Inayat Syah
4. Silsilah raja Aceh sebelum Syah Alam, kakek Iskandar muda, berjumlah enam orang raja dan yang ketujuh tidak disebutkan karena hilang halaman
5. Kelahiran dan masa kecil Iskandar Muda hingga berusia 14 tahun dan kemegahannya di sebelah timur, lalu disambung dengan kemegahannya di sebelah barat pada masa pemerintahannya.
6. Pengarang kembali pada masa pemerintahann Syah Alam dengan mengalahkan Deli yang mengingkari pemerintah sultan Aceh, serta memburu sultan Johor yang berada di sana sampai ke Johor. Orang Aceh kekurangan makanan dan kembali ke Aceh. Syah Alam sakit dan meminta Iskandar Muda menggantikannya. Pembesar-pembesar tidak setuju dan Iskandar sendiri pun menolaknya karena masih ada Sultan Muda dan Sultan Hasain Syah, keduanya putra Syah Alam yang lebih berhak. Sultan Muda diangkat menjadi raja sedangkan Sultan Husain Syah dirajakan di Pidie. Halaman-halaman berikutnya hilang.
Posting Komentar